Pagi itu saya tersadarkan oleh Bapak berseragam coklat dengan banyak simbol. Dengan menggunakan toa, beliau berkicau menegur para pengendara yang tak taat aturan. "Yang muda yang tua sama saja, yang tua tidak mau mengingatkan, yang muda tidak mau belajar. Mau jadi apa semuanya?!"katanya. "Kalau mau cepet, ya berangkat subuh!" lanjutnya. Kemacetan akibat lampu merah di perempatan jalan membuat para pengendara khususnya sepeda motor bertindak semaunya. Mereka mencari jalan pintas dengan melintasi trotoar yang seharusnya area yang digunakan pejalan kaki, ada juga yang melewati ruko agar sampai lebih dahulu. Saya heran dengan orang Indonesia. Seakan sabar tak pernah melekat dalam kehidupannya. Meski pemerintah membuat peraturan sebagus apapun, dirasa tak menimbulkan dampak apapun. "Aturan dibuat untuk dilanggar" itu slogan yang pantas untuk ditempel di setiap sudut jalan raya. Negara maju seakan jadi bayangan yang sulit diraih. Sistem yang terstruktu...