Langsung ke konten utama

Karena Pekerjaan itu Dihargai bukan Dikasihani !



Setiap hari aku selalu pulang kuliah menggunakan angkot. Dan dari situlah terselip kisah antar para pengamen dan penumpang yang ada di angkot. Meski sebenarnya kita tahu bahwa bukan hanya di angkot, kita akan temukan pengamen.
            Sore tadi aku berfikir, ada seorang pengamen menyanyikan lagu “Terbaik Untuk Ayah” dengan suara yang cukup merdu dan aku rasa dia pantas untuk mengikuti kontes menyanyi atau ajang pencarian bakat di televisi. Setelah dia puas membawakan satu lagu hingga selesai. Dia melepaskan topi dan menyodorkannya ke para penumpang. Wajar sih jika memang banyak yang menyumbangkan uang recehnya kepada sang pengamen itu. Karena suaranya memang bagus dan menghibur.
            Lain lagi ceritanya dengan para pengamen yang melalu-lalang di setiap lampu merah. Jika dibilang sebagai pengamen sih aku rasa tidak pantas. Karena dandannya begitu brutal seperti anak “brandalan”. Jika lampu sedang memberi tanda merah, maka mereka datang dengan membuat kami kaget. Hanya dengan bekal suara yang berantakan dan menggunakan tepukan tangan sudah bisa dikatakan sebagai seorang pengemenkah?? Menyanyi dengan sepatah atau dua kata saja kemudian menyodorkan tangannya ke penumpang. Tidak banyak yang memberi bahkan terkadang juga tidak ada. Kalaupun ada yang memberi mungkin kasihan atau juga takut! Dan yang membuat aku lebih heran lagi kenapa sebelum dia mulai menyanyi, dia mengatakan “seribu dua ribu gapapa, karna inilah cara kami untuk menghidupi keluarga”. WHATTTTT EVER LAH??!!
            Mereka masih muda, fisik masih kuat. Kenapa tidak mencari pekerjaan lain yang lebih bermanfaat dan berharga? Apa mereka tidak mengenyam pendidikan sehingga tidak mempunyai keahlian yang mumpuni? Tetapi banyak orang hanya lulusan SD bisa sukses bahkan melebihi lulusan sarjana. Ya ini memang soal kemauan. Jika tidak ada kemauan memang sulit sekali meski sudah dibujuk atau dipaksa.
            Aku berharap tidak akan menambah lagi pengamen brutal di negeri ini. Cukup mereka saja dan jika perlu mereka harus disadarkan sehingga menjadi berkurang dan bahkan tidak ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anthony Sinisuka Ginting, Si “Heart Attacker’ yang Belum Beruntung di Tahun 2019

sumber foto: kompas.com Anthony Sinisuka Ginting, pemuda kelahiran Cimahi pada 23 tahun lalu merupakan atlet tunggal putra yang namanya kian melejit sejak menjuarai China Open 2018. Kini, Anthony menjadi salah satu pemain yang namanya tergabung dalam deretan Top 10 Dunia. Berada di klub yang sama seperti Legenda Bulu Tangkis Indonesia, Taufik Hidayat (SGS PLN Bandung), membuat Anthony termotivasi menjadi pemain hebat seperti Taufik. Meski prestasinya saat ini belum sebanding dengan Taufik, namun kiprahnya di ajang Internasional patut diacungi jempol.  Dalam karir juniornya di ajang internasional, Anthony mampu merebut dua medali perunggu sekaligus dalam satu tahun yakni pada Olimpiade Junior 2014 dan Kejuaraan Dunia Junior 2014. Pada tahun 2017, ia meraih gelar pertamanya dalam ajang BWF Super Series, Korea Open. Pada 2018, dapat dikatakan menjadi tahun gemilang bagi pemuda berdarah batak ini. Pasalnya, ia mampu memperoleh dua gelar BWF Word Tour Super 500 (Indones...

Pawai obor jadi tradisi Tahun Baru Islam di Bogor!

Sabtu, 31 Agustus 2019. Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB. Malam ini merupakan malam perayaan tahun baru hijriah. Jalan2 diramaikan oleh pawai obor. Beberapa tahun belakangan, pawai obor sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat terutama masyarakat bogor ini. Sudah tiga rombongan pawai melintasi depan rumah kami. Baik pria atau wanita, anak kecil atau lansia, semua tergabung dalam iringan. Sembari membawa obor di tangannya dan solawat nabi yang silih bersahutan. Jalanan mendadak ramai malam ini. Karena ini malam minggu, tentunya sedikit berbeda seperti biasanya. Kini nuansa islami lebih kentara daripada pasangan muda mudi yang berkeliaran. Selamat Tahun Baru Hijriah 1441 H :)

Politik Seperti Apa Negeri Ini ??

Ini hanya sekedar tulisan. Bukan bermaksud menyindir atau mencaci. Im not haters. But this just share ! Mendengar kata politik saja aku sama sekali tidak tertarik. Apalagi terjun di bidang pemerintahan ataupun partai. Mendefinisikan politik pun aku tidak tahu. Buta akan dunia politik bisa dibilang begitu. Aku tertarik saat masyarakat lelah akan kinerja pemerintah. Membuat celotehan sana-sini. Seperti apa pemerintahan di negeri ini. Apakah semakin baik atau tidak? Semakin berkembang atau semakin terpuruk? Untuk apa setiap periode berganti pemimpin bila pada akhirnya semakin terpuruk. Bukankah kita ingin pemimpin yang bijak untuk menentukan kesenjangan hidup masyarakat. Calon pemimpin yang selalu di eluh2kan pada saat pemilu, padahal nyatanya... makmur pun tidak. Bagaimana bisa menyejahterakan masyarakat bila kemiskinan masih ada. Angka pengangguran semakin meningkat. Bukan ! Aku bukan menyalahkan pemimpin negeri ini. Karena aku tahu memimpin ratusan juta orang itu tak semudah meniu...