Siang ini lumayan terik, hingga membuat ku singgah di pelataran masjid kampus. Disana ada beberapa pepohononan yang lumayan sejuk jika diam disana. Aku terduduk sambil membaca sebuah buku sambil menunggu jam kuliah tiba. Nampak ada pemandangan yang membuat hatiku tergugah untuk menulis.
Seorang wanita paruh baya membawa sekantong plastik warna hitam yang didalamnya terdapat aneka makanan seperti pastel, snack, dan lainnya. Wanita itu duduk agak berjauhan denganku. Tapi yang membuatku terhenyak, tak ada seorang pun yang membeli jajanannya termasuk juga aku yang tidak membelinya hehe.
Ternyata masih banyak orang yang belum mempunyai rasa peduli terhadap sesama. Karena ketika kuperhatikan orang-orang di sekeliling, tidak ada yang melirik sama sekali dengan jajanan yang dijual ibu itu. Setelah beberapa menunggu, akhirnya ibu itu pun pergi. Mungkin ia menyerah karena tidak ada yang beli. Sebenarnya aku merasa kasihan, namun ternyata rasa peduliku masih belum cukup tinggi, masih sama seperti yang lain.
Apakah hiburan memacu kita untuk beramal? Seperti konser yang digelar untuk menggalang donasi. Artinya uang yang orang-orang sumbangkan itu bukannya karena terpaksa ya? Orang-orang itu bisa dikategorikan bukan orang baik, karena orang baik sesungguhnya memberi tanpa pamrih. Tak perlulah konser-konser musik untuk menghibur, toh di hp kita masing-masing sudah banyak lagu yang 24 jam siap diputar ketika butuh hiburan. Konsernya memang gak salah. Waktunya yang salah. Menggelar konser di situasi seperti ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Apalagi kegiatan yang dilakukan setelah konser. Pemerintah setiap hari bilang suruh di rumah saja, kalau ke luar rumah pakai masker, social distancing. Tapi kok pemerintah melanggar aturan yang dibuat sendiri ya? Katanya Pembatasan Sosial Berskala Besar, namun tempat pengundang keramaian pun masih dibuka. Loh itu kenapa? Menurutku, setelah PSBB dengan sebelum PSBB aturannya sama saja. Pasar-pasar dibuka dan selalu ramai setiap hari orang berdesa...
Komentar
Posting Komentar