![]() |
| Potret Park Joo Bong dan Kento Momota./ Dok. BWF |
Saat ini Jepang tengah menjadi sorotan di mata dunia. Mengenai kesuksesannya dalam kejuaraan bulutangkis dalam beberapa tahun terakhir, juga tentang negaranya yang menjadi tuan rumah dalam pesta olahraga terbesar sedunia, Olimpiade 2021.
Adanya penangguhan pada hampir semua turnamen bulutangkis setelah All England 2020 menimbulkan beberapa pertanyaan menarik tentang persiapan dan performa tim Jepang.
Mengenai hal ini, BWF mendapat kesempatan untuk mewawancarai pelatih kepala Jepang, Park Joo Bong, berikut wawancara lengkapnya:
Bagaimana tim Anda menyikapi pemberlakuan lockdown di masa pandemi?
Setelah All England, semua program terjadwal dihentikan. Kami coba mulai berlatih pada bulan Juni. Tetapi pihak klub takut jika para pemain berkumpul di pusat pelatihan.
Kami coba lakukan pada bulan Juni, Juli, hingga Agustus. Namun ketiganya dibatalkan.
Di Tokyo, angka infeksinya memang tinggi, jadi kami coba lakukan training camp di luar Tokyo. Sayangnya, para pemain takut untuk bepergian dari Tokyo.
Akhirnya, kami berlatih mulai September. Meski dilanda rasa kekhawatiran.
Hingga akhir September, ternyata semuanya berjalan lancar dan aman. Sejak itu, kami sadar bahwa pusat pelatihan nasional adalah tempat terbaik.
Pelatihan tersebut mulanya bertujuan untuk persiapan Final Piala Thomas dan Uber (TOTAL BWF) serta Denmark Open I dan II.
Pelatih nasional sudah lama tidak melihat para pemain. Jadi, ketika pemusatan latihan nasional bulan Agustus dibatalkan, para pelatih mengunjungi masing-masing klub dan berlatih dengan para pemain selama beberapa hari.
Apakah para pemain mendapat pelatihan sebelum September?
Semua pemain berlatih di klub mereka. Sebelum Agustus, para pelatih nasional memberi materi pelatihan secara daring.
Semua klub dalam keadaan baik, pelatihan pun dilanjutkan setelah All England.
Aturan dari setiap klub memang berbeda. Ada yang mulai berlatih pada bulan Juni. Ada juga yang dimulai pada Mei.
Meski begitu, para pemain juga tetap berlatih mandiri. Hanya pemusatan latihan nasional yang dimulai pada bulan September.
Saya telah mengunjungi setiap tim pada bulan Agustus. Saya pikir level para pemain tidak jauh berbeda dari sebelumnya.
Ketika Anda melanjutkan, apakah para pemain dapat menemukan intensitas sebelumnya
Mereka membutuhkan waktu pada awalnya. Dua hari pertama adalah pelatihan bebas. Pria dan wanita memiliki sesi terpisah.
Karena tidak boleh ada banyak pemain di aula yang sama, sehingga kami harus membuat sesi pendek.
Sebenarnya pada bulan September kami mengira akan bertanding di Final Piala Thomas dan Uber serta Denmark Open I dan II. Pelatihan difokuskan pada hal itu.
Lalu kami menghubungi setiap klub dan berbicara dengan pelatih kepala dan memeriksanya.
Namun karena tidak ada kompetisi untuk waktu yang lama, motivasinya turun di klub. Tapi begitu kami memulai pemusatan latihan nasional, motivasinya naik lagi.
Berbicara tentang Kento Momota, apakah dia telah pulih sepenuhnya dari kecelakaan itu dan mampu mencapai level sebelumnya?
Saya pikir dia kembali ke level normalnya. Saya meminta tim pelatih untuk mengunjungi klubnya beberapa kali.
Latihannya berjalan baik. Dia hampir setiap hari datang untuk persiapan turnamen Denmark Open.
Sebenarnya semua pemain sudah siap untuk datang. Kami telah mulai latihan pada 1 Oktober untuk mempersiapkan turnamen tersebut.
Namun beberapa hari sebelum turnamen, terjadi lonjakan jumlah kasus positif Covid-19 di Denmark dan membuat pemilik klub memutuskan menarik kembali para pemain.
Padahal, kami telah mengkonfirmasi semuanya, hotel, tiket penerbangan, semuanya telah dikonfirmasi, tetapi pada menit-menit akhir, situasinya berubah.
Akhirnya, hanya enam pemain yang memutuskan untuk datang. Dengan empat pelatih dan satu fisioterapi.***
(sumber: BWF)

Komentar
Posting Komentar