Setelah Susy Susanti pensiun di tahun 1998, tampaknya sulit sekali mencari penggantinya. Tak ada lagi prestasi mentereng. Tak ada lagi emas Olimpiade, Piala Uber, ataupun Kejuaraan Dunia.
Peringkat terbaik sektor tunggal putri pun kini hanya berada di 25 besar. Di kejuaraan BWF World Tour juga seringkali kandas di babak awal.
Tak dihilangkan, bahwa satu-satunya gelar tunggal putri di tahun 2019 memang fitriani pahlawannya. Namun selepas itu? Berturut-turut ia selalu kalah di start. Performanya kian menurun sepanjang tahun 2019.
![]() |
| Fitriani saat menjuarai Thailand Masters 2019 |
Jika disejajarkan dengan legenda Susy Susanti tentu sangat jauh. Minimnya prestasi Fitriani sepertinya sulit menjadi bibit Susy Susanti. Siapa sangka bahwa Fitriani yang merupakan juara Kejurnas 2015, namun di kejuaraan internasional apa daya.
![]() |
| Fitriani meraih gelar di Kejuaraan Nasional PBSI 2015 |
Dua terbaik di kategori tunggal putri bersama Gregoria. Ditempatkan di pelatnas utama. Diturunkan di level kelas atas. Mengapa prestasi tak kunjung datang? Mengapa medali tak kunjung dikalungkan? Mengapa piala tak kunjung digenggam? Mengapa podium tak bisa ditapaki?
Setahun hanya satu prestasi. Tidak buruk memang. Tapi bukankah keterlaluan? Di saat semua membully, kapan mau membungkam? Jangan lagi kecewakan mereka. Jangan lagi buat mulut menerus berkata cela. Lekas tutup dengan segudang piala. Demi martabat bangsa.


Komentar
Posting Komentar