Langsung ke konten utama

Menanti Gebrakan Baru dari Pelatih Baru

Sudah lama sekali Indonesia tidak lagi merasakan manisnya berada di podium tertinggi dalam satu kejuaraan senior. SEA GAMES 1991 menjadi catatan terakhir timnas berhasil menjadi nomor satu. Artinya sudah 28 tahun Indonesia belum terbangun jua dari mimpinya. Apalagi lolos ke ajang sekelas Olimpiade atau Piala Dunia. Bahkan turnamen sekelas Asia Tenggara saja belum bisa dikuasai oleh Garuda kita.

Melanglang buana mencari pelatih. Berganti pelatih. bahkan pelatih kenamaan sekalipun pernah menukangi Timnas Indonesia. Tapi apadaya? Indonesia masih saja babak belur. Niatnya ingin lolos ke putaran final Olimpiade, tapi tergusur dari peringkat tertinggi. Niatnya ingin lolos ke putaran final Piala Dunia 2022, malah berada di posisi terbuncit.

Simon McMenemy menjadi subjek yang sering disalahkan akibat kekalahan lima kali beruntun pada fase grup kualifikasi Piala Dunia 2022. Pelatih yang pernah membawa Bhayangkara FC juara Liga 1 2017  nampaknya kesulitan membenahi timnas. Sebenarnya apa akarnya? Benarkah pelatih yang menjadi poin penting letak kesalahannya?

Hasil gambar untuk simon mcmenemy
Simon McMenemy
Pelatih sekelas Luis Milla, arsitek asal Spanyol pernah ikut menukangi timnas. Dua tahun bersama, Timnas Indonesia memiliki progress permainan yang apik. Gelar juara jua tak berhasil dipersembahkan. Padahal, kita tahu bahwa Luis Milla pernah membawa timnya juara Piala Eropa U-21.

Hasil gambar untuk luis milla
Luis Milla
Kini, wajah baru kembali didatangkan PSSI. Kontrak empat tahun dengan mengemban segudang tugas akan dijalani pelatih baru. Ialah Shin Tae-Yong, mantan pelatih timnas Korea Selatan yang pernah membawa timnya berlaga di Piala Dunia 2018. Shin Tae-Yong dipilih karena dinilai lebih percaya diri membuat timnas Indonesia maju.

Hasil gambar untuk shin tae yong
Shin Tae-Yong
Setiap pelatih mungkin bagus, tapi anak didiknya harus lebih bagus. Mari kita tunggu saja gebrakan baru dari pelatih baru kita. Untuk publik yang merindukan juara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aturan Pemerintah yang Gak Konsisten di Masa Pandemi

Apakah hiburan memacu kita untuk beramal? Seperti konser yang digelar untuk menggalang donasi. Artinya uang yang orang-orang sumbangkan itu bukannya karena terpaksa ya? Orang-orang itu bisa dikategorikan bukan orang baik, karena orang baik sesungguhnya memberi tanpa pamrih. Tak perlulah konser-konser musik untuk menghibur, toh di hp kita masing-masing sudah banyak lagu yang 24 jam siap diputar ketika butuh hiburan. Konsernya memang gak salah. Waktunya yang salah. Menggelar konser di situasi seperti ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra. Apalagi kegiatan yang dilakukan setelah konser. Pemerintah setiap hari bilang suruh di rumah saja, kalau ke luar rumah pakai masker, social distancing. Tapi kok pemerintah melanggar aturan yang dibuat sendiri ya? Katanya Pembatasan Sosial Berskala Besar, namun tempat pengundang keramaian pun masih dibuka. Loh itu kenapa? Menurutku, setelah PSBB dengan sebelum PSBB aturannya sama saja. Pasar-pasar dibuka dan selalu ramai setiap hari orang berdesa...

Menanti Start Si Bajing Loncat

Marganya Ginting. Ia memiliki darah Karo. Tapi lahir di sebuah kota yang terletak di tengah Kabupaten Bandung. Profesinya atlet. Biasa dikenal dengan olahraga tepok bulu angsa. Si kumis tipis bersenyum manis, “katanya”. Pergerakannya cepat bak bajing loncat. Tak begitu rupawan, namun kerap mencuri perhatian. Tubuhnya tak ideal, tapi auranya terpancar. Anthony Sinisuka Ginting Nama lengkap Anthony Sinisuka Ginting. Pemuda bertutur asli sunda yang lahir 23 tahun silam. Prestasinya belum segudang. Namun penampilannya buat lawan tertantang. Kekalahannya sering dihujat. Jika menang pujian lebat. Rival beratnya dari Jepang. Pertemuan mereka menawan. Alhasil, sukses menarik minat penggemar. Yang dinanti di lapangan. Pada usia remajanya, ia pernah juara tiga dunia. Baik di kancah Olimpiade maupun Kejuaraan Dunia. Di tingkat senior, dirinya baru punya tiga gelar di level atas. Di Korea, Indonesia, dan China meraih gelar juara. Dari China, dikenal sebagai penakluk raksasa. ...

Juara Kejurnas yang Melempem di Pelatnas

Setelah Susy Susanti pensiun di tahun 1998, tampaknya sulit sekali mencari penggantinya. Tak ada lagi prestasi mentereng. Tak ada lagi emas Olimpiade, Piala Uber, ataupun Kejuaraan Dunia. Peringkat terbaik sektor tunggal putri pun kini hanya berada di 25 besar. Di kejuaraan BWF World Tour juga seringkali kandas di babak awal. Tak dihilangkan, bahwa satu-satunya gelar tunggal putri di tahun 2019 memang fitriani pahlawannya. Namun selepas itu?  Berturut-turut ia selalu kalah di start. Performanya kian menurun sepanjang tahun 2019. Fitriani saat menjuarai Thailand Masters 2019 Jika disejajarkan dengan legenda Susy Susanti tentu sangat jauh. Minimnya prestasi Fitriani sepertinya sulit menjadi bibit Susy Susanti.  Siapa sangka bahwa Fitriani yang merupakan juara Kejurnas 2015, namun di kejuaraan internasional apa daya. Fitriani meraih gelar di Kejuaraan Nasional PBSI 2015 Dua terbaik di kategori tunggal putri bersama Gregoria. Ditempatkan...